Assalmualikum,temen teman semua hari ini saya mau berbagi artikel yang berkenaan dengan Sejarah kodifikasi hadis pada abad ke II-V, mudah-mudahan ini bisa bermanfaat,dan untuk dijadikan refrensi. banyak mahasiswa yang pastinya diberi tugas oleh ibu dosen atau bapak dosen, tidak sedikit tugas yang diberikan kepada mahasiswa, tapi sebagai mahasiswa yang baik, ya harus mengerjakan tugas tersebut kalau tidak! siap-siap nilai nya akan kecil, karna beberapa dosen nilai itu diambil dari tugas, apa lagi kalau mahasisawanya jarang masuk sudah pasti nilainya pasti kecil kalaupun besar itu lagi dapat rizki. ya semoga siswa atau mahasiswa semuanya tetap menjadi yang terbaik. baiklah ini sudah saya rangkum mengenai kodefikasi hadis dari berbagai sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits telah ada sejak awal perkembangan Islam. Sebuah kenyataan yang tidak dapat diragukan lagi bahwa hadits menjadi sumber hukum islam kedua setelah Al-qur‟an. Sesungguhnya semasa hidup Rasulullah SAW banyak sekali muslimin atau para sahabat Nabi telah menaruh perhatian terhadap apa saja yang dilakukan, ditetapkan maupun yang diucapkan oleh Nabi, terutama yang berkaitan dengan fatwa-fatwa keagamaan. Di samping sebagai utusan Allah, Nabi Muhammad SAW adalah panutan dan tokoh masyarakat. Selanjutnya dalam kapasitasnya sebagai apa saja (Rasul, pemimpin masyarakat, panglima perang, kepala rumah tangga, teman) maka, tingkah laku, ucapan dan petunjuknya disebut sebagai ajaran Islam.
Beliau sendiri sadar sepenuhnya bahwa agama yang dibawanya harus disampaikan dan terwujud secara kongkret dalam kehidupan nyata sehari-hari. Karena itu, setiap kali ada kesempatan Nabi memanfaatkannya berdialog dengan para sahabat dengan berbagai media, dan para sahabat juga memanfaatkan hak itu untuk lebih mendalami ajaran Islam.
Dalam perjalanannya hadits Nabi yang sudah diterima oleh para sahabat, ada yang dihafal dan ada pula yang dicatat dan masih belum terbukukan dengan baik. Hal ini yang mendasari dilakukannya pembukuan hadits.
Pembukuan hadits sendiri dilaksanakan berdasarkan adanya kekhawatiran akan hilangnya hadits dengan banyaknya ulama hadits yang meninggal dan banyaknya beredar hadits-hadits palsu. Disamping itu pada proses pembukuan hadits terdapat pengaruh dalam pekembangan penetapanpersoalan-persoalan fiqih. Oleh karena itu penulis ingin membahas tentang bagaimana pembukuan hadits dan sejarah kodifikasi hadits.[1]
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, dapat di ambil Rumusan Masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah Kodifikasi Hadits Pada Abad Ke-II H?
2. Bagaimana Sejarah Kodifikasi Hadits Pada Abad Ke-III H?
3. Bagaimana Sejarah Kodifikasi Hadits Pada Abad Ke-IV H?
4. Bagaimana Sejarah Kodifikasi Hadits Pada Abad Ke-V H Sampai
Sekarang?
C. Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas dapat di simpulkan Tujuan Pembahasan sebagai berikut:
1. Mengetahui Sejarah Kodifikasi Hadits Pada Abad Ke-II H
2. Mengetahui Sejarah Kodifikasi Hadits Pada Abad Ke-III H
3. Mengetahui Sejarah Kodifikasi Hadits Pada Abad Ke-IV H
4. Mengetahui Sejarah Kodifikasi Hadits Pada Abad Ke-V H Sampai
Sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kodifikasi Hadits Pada Abad Ke-II H
Usaha pembukuan hadits oleh Ibnu Hazm dan Ibnu Syihab Az-Zuhri pada abad pertama hijriyah diteruskan oleh beberapa ulama hadits yang telah berhasil mengumpulkan dan menyusun hadits. Pada masa ini kegiatan penghimpunan hadits bersamaan dengan kegiatan ulama dalam menghimpun ilmu-ilmu agama, antara lain Ilmu Fiqih, Ilmu Kalam dan sebagainya. Oleh karna itu pada masa ini dikenal sebagai “Ashru al Tadwin“ (masa pembukuan).[2]
Diantara beberapa ulama yang melakukan pembukan hadits pada masa ini diantaranya :
1. Imam Malik bin Anas (w. 179 H) yang dapat menyusun kitab Muwaththa‟
2. Al-Auza‟i (w. 156 H) yang dapat menyusun kitab al-Mushannaf
3. Muhammad bin Ishak (w. 151 H) dapat menyusun kitab al-Maghazi wa al-Siyar
4. Syu‟bah bi al-hajjaj (w. 160 H) dapat menyusun kitab al-Mushannaf
5. Al-Laits bin sa‟ad (w. 175 H) dapat menyusun kitab al-Mushannaf
6. Sufyan bin Uyaynah (w. 198 H) dapat menyusun kitab al-Mushannaf
7. Muhammad bin Idris As-Syafi‟i (w. 204 H) dapat menyusun kitab Musnad dan Mukhtalif al-Hadits.
Proses pembukuan hadits pada masa ini adalah dengan cara menghimpun hadits-hadits mengenai masalah yang sama dalam satu bab, kemudian bab ini dikumpulkan dengan bab-bab lain yang berisi dalam satu karangan. Selain itu dalam pembukuan ini juga memasukkan fatwa-fatwa sahabat bahkan fatwa tabi‟in juga dimasukkan. Semuanya dibukukan bersama-sama. Sehingga dalam kitab-kitab ini terdapat hadits-hadist marfu‟, mauquf dan maqthu‟.[3]
B. Sejarah Kodifikasi Hadits Pada Abad Ke-III H
Proses pembukuan hadist pada masa ini sangat berbeda dengan masa sebelumnya. Pada masa ini merupakan masa penyaringan dan pemisahan antara sabda Nabi Muhammad SAW dengan fatwa-fatwa sahabat dan tabi‟in. Masa penyeleksian ini terjadi pada zaman khalifah Bani Abbasyiah yaitu masanya khalifah Al-Ma‟mun sampai Muktadir(sekitar tahun 201-203 H).
Alasan yang melatar belakangi adanya pengkodifikasian pada masa ini karena pada masa tadwin sebelumnya belum dipisahkan mana yang memang betul-betul sabda Nabi atau fatwa-fatwa baik dari sahabat atau tabi‟in, mana yang tergolong hadits marfu‟, mauquf dan maqthu‟. Pada masa ini juga dibuatkan dan dimunculkan beberapa kaidah-kaidah dan syarat-syarat untuk menentukan apakah suatu hadist itu tergolong itu sahih dan dha‟if.[4]
Selain itu para periwayat hadist juga diteliti baik dari segi kejujuran, kekuatan hafalan, dan lain sebagainya. Ulama hadits pada masa ini hanya menulis dan mengumpulkan hadits Nabi yang disusun dalam kitab-kitab musnad yang masih tercampur antara hadits yang sahih, hasan dan dha‟if.
Kemudian pada pertengahan abad ketiga hijriyah bangkitlah ulama-ulama hadits untuk memilah dan menyeleksi hadits-hadits sahih saja. Kegiatan ini diawali oleh Ishaq ibn Rawayh yang dengan gigih berusaha untuk memisahkan hadist-hadist yang sahih dengan yang tidak sahih. Selanjutnya kegiatan pemilahan ini dilanjutkan dan disempurnakan oleh al-Imam Abu Abd Allah Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari (194-256 H) dengan menyusun kitabnya yang terkenal dengan nama al-jami‟ al-shahih atau Kitab Shahih al-Bukhari. Usaha imam Bukhari diikuti oleh muridnya Muslim ibn al-hajjaj al-Qusyairi (204-261 H) dengan kitabnya Shahih Muslim. Pada saat yang bersamaan Abu dawud Sulayman ibn al-Asy‟ats al-Sijitsani (202-275 H) dengan menyusun kitab Sunan Abi Dawud, Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Surah al-Turmudzi (207-279 H) dengan menyusun kitab Sunan al-Turmudzi, Ahmad ibn Syu‟aib al-Khurasani al-Nasa‟I (215-303 H) dengan kitabnya Sunan al-Nasai, kemudian Abd allah ibn Muhammad ibn Yazid ibn Abd Allah al-Qazwini (207-273 H) yang dikenal dengan Ibn Majah dengan hasil karyanya Sunan Ibn Majah. Keenam kitab diatas oleh ulama hadits disebut al-Kutub al-Sittah.[5]
C. Sejarah Kodifikasi Hadits Pada Abad Ke-IV (Penulisan Dan Kodifikasi Hadits)
Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan periwayatan Hadith mulai berkembang, sejalan dengan banyaknya ulama’ yang tertarik untuk menulis fatwa-fatwa dari para Sahabat dan Tabi’in dalam permasalahan-permasalahan yang timbul pada waktu itu.
Kodifikasi atau tadwin Hadith, artinya ialah pencatatan, penulisan, atau pembukuan Hadith. Secara individual. Kodifikasi secara resmi berdasarkan perintah khalifah, dengan melibatkan beberapa personil yang ahli dalam masalah ini. Bukan yang dilakukan secara perseorangan atau untuk kepentingan pribadi.
Usaha kodifikasi Hadits yang pertama ini yang dipimpin oleh khalifah Umar bin ‘abdul Aziz ( khalifah bani umayyah VIII ), melalui intruksinya kepada pejabat daerah agar memperhatikan dan mengumpulkan Hadith dari para penghafalnya. Intruksi khalifah yang pertama ini pertama kali di sampaikan pada Abu Bakr bin Muhammad ibn ‘mr ibn Hazm ( Gubernur Madinah ), ia mengirim instruksi yang iainya:
انظرماكان حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم فاكتبوه , فانى حفت دروس العلم وذهاب العلماء ولاتقبل الا حديث الرسول
“Perhatikan atau periksalah Hadith- Hadith Rasul SAW kemudian tulislah ! Aku khawatir akan lenyapnya ilmu dengan meninggalnya para ulama (para ahlinya). Dan janganlah kamu terima kecuali Hadith- Hadith dari Rasul SAW”.
Dengan adanya perintah dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz tersebut, para ulama mulai menulis dan membukukan Hadith dan pada waktu itu pula masjid-masjid dipenuhi para yang melakukan pengkajian dan pembahasan Hadith. Perintah tersebut diikuti dengan kebijaksanaan penggunaan sebagian Bait al-Mal untuk membiayai kegiatan penulisan Hadith. Ibn Syihab al-Zuhri adalah orang yang pertama yang melaporkan pengumpulan Hadith pada permulaan abad ke-2. Kemudian disusul oleh ulama yang lain bersamaan dengan kegiatan Ulama dalam bidang Ilmu-ilmu agama lainya,seperti Ilmu fikih, ilmu kalam, dan sebagainya. Oleh karena itu, masa ini dikenal dengan ‘ashr al-tadwin (masa pembukuan).[6]
Abu bakr ibn Hazm berhasil menghimpun Hadith- Hadith yang ada pada ‘Amrah binti ‘Abd al-Rahman al-Anshari (murid kepercayaan ‘A’isyah),yang menurut Ulama tidaklah begitu lengkap.Sedangkan Ibn Syihab al Zuhri berhasil menghimpunnya, yang menurut penilaian para Ulama lebih lengkap. Akan tetapi, sayang sekali karya dari kedua ulama Tabi’in ini lenyap, tidak sampai diwariskan kepada generasi sekarang.
D. Sejarah Kodifikasi Hadits Pada Abad ke V Sampai Sekarang
Usaha ulama ahli hadits pada abad ke V sampai sekarang adalah ditujukan untuk mengklasifikasikan Hadits dengan menghimpun hadits-hadits yang sejenis kandungannya atau sejenis sifat-sifat isinya dalam satu kitab hadits. Disamping itu mereka pada men-syarahkan dan mengikhtishar kitab-kitab hadits yang telah disusun oleh ulama yang mendahuluinya. seperti yang dilakukan oleh Abu 'Abdillah al-Humaidi (448 H.) Adapun contoh kitab-kitab hadits pada periode ini antara lain:
- Sunan al-Kubra, Karya abu Bakar Ahmad bin Husain 'Ali al-Baihaqy (384-458 H.)
- Muntaqa al-Akhbar, karya Majduddin al-Harrany (652 H.)
- Fathu al-Bari Fi Syarhi al-Bukhari, Karya Ibnu Hajar al-'Asqolany (852 H.).
- Nailu al-Awthar, Syarah kitab Muntaqa al-Akhbar, karya al-Imam Muhammad bin Ali al-Syaukany (1172- 1250 H.)
Hadits dimasa abad V H sampai sekarang hanya ada sedikit tambahan dan modifikasi kitab-kitab terdahulu. Sehingga karya-karya ulama hadits abad kelima lebih luas, simple dan sistematis. Diantara mereka adalah :
- Abu Abdillah al-Humaidi tahun 448 H beliau mengumpulkan 2 kitab sahih sesuai urutan sanad.
- Abu Sa’adah Mubarak bin al-‘Asyir tahun 606 H beliau mengumpulkan enam kitab hadis dengan urutan bab.
- Al-Suyuthi tahun 911 H beliau menulis kitab yang berjudul al-Jami al-Kabir.[7]
Penyusunan kitab-kitab pada masa ini lebih mengarah pada usaha mengembangkan beberapa variasi pen-tadwinan terhadap kitab-kitab yang sudah ada. Maka setelah berjalan beberapa saat dari munculnya Kutub al-Sittah, Al-Muwattha’ Malik bin Anas, dan al-musnad Ahmad bin Hanbal, para ulama mengalihkan perhatian untuk menyusun kitab-kitab Jawami’ (mengumpulkan kitab-kitab Hadith dalam satu karya), Kitab Syarh (kitab komentar dan uraian), kitab Mukhtashar (kitab ringkasan), men-Takhrij (mengkaji sanad dan mengembalikan pada sumbernya), menyusun kitab athraf (menyusun pangkal-pangkal suatu Hadith sebagai petunjuk kepada materi Hadith secara keseluruhan), dan penyusunan kitab Hadith untuk topik-topik tertentu.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab dari Kodifikasi Hadist itu sendiri dikarenakan telah banyaknya para sahabat, atau ulama penghapal hadist yang meninggal dunia. Penyebab Kedua adalah banyaknya beredar Hadist-hadist palsu sehingga perlunya kodifikasi hadist yang mulai dilaksanakan secara perdana dan massal pada masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn Abdil Aziz. Yang mereka hanya memperkuat eksistensi golongan dan ras mereka saja.
Pada Kodifikasi Hadist ini melahirkan berbagai ulama dan tokoh-tokoh Seperti yang kita kenal sampai sekarang yaitu Perawi Hadist-hadist shahih seperti Imam Bukhari dan Muslim, Athurmudzi, Suanan Abu Daud, dan lain-lain yang masih banyak lagi.
Dari sejarah kodifikasi hadist ini, kita bisa mengetahui kapan masa jaya, kapan masa kodifikasi yang banyak memunculkan para ulama ahli hadist yang banyak memhasilkan kitab-kitab hadist dan pada masa periode siapa kitab-kitab hadist shahih bermunculan, mulai dari pertama kali di kodifikasi sampai pada masa periode terakhir kemunduran islam itu sendiri.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang budiman demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi, 1974. Pengantar Ilmu Hadist (online), Jakarta: Bulan Bintang
Tersedia di : http://aljumhuriy.blogspot.com/2016/04/sejarah-hadist-pada-abad-i-ii-iii-iv.html?m=1 (28 Desember 2020)
Abbas, Hasjim. Kodifikasi Hadis Dalam Kitab Mu’tabar. Surabaya: Fakultas Ushuluddin IAIN Surabaya, 2003.
Al-Khatib, M.Ajjaj. Ushul al-Hadith Ulumihi wa Musthalikhihi. Beirut: Dar al-Fikr,2006.
Ibn Muhammad Abu Syahbah, Muhammad. Al- Wasiit fi al-Ulum wa Musthola al-Hadith. Mesir: Dar al- Fikr al-Arabi, ttp.
Ibn Qutaibah al-Daenury, Imam Abdullah bin Muslim. Ta’wil Mukhtalafi al-Hadith. Beirut: Dar al-Fikr 1995.
Rahman, Fatchur. Ikhtishar Mushthalahu’l Hadits. Bandung: PT Alma’arif, 1974.
Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadis. Jakarta Selatan: Gaya Media Pratama, 1996.
https://asyroff.wordpress.com/al-hadis/sejarah-perkembangan-hadith-periode-iv-vvivii-sampai-abad-20/
[1] http://aljumhuriy.blogspot.com/2016/04/sejarah-hadist-pada-abad-i-ii-iii-iv.html?m=1
[2] Abbas, Hasjim. Kodifikasi Hadis Dalam Kitab Mu’tabar. Surabaya: Fakultas Ushuluddin IAIN Surabaya, 2003.
[3] Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadis. Jakarta Selatan: Gaya Media Pratama, 1996.
[4] http://aljumhuriy.blogspot.com/2016/04/sejarah-hadist-pada-abad-i-ii-iii-iv.html?m=1
[5] Al-Khatib, M.Ajjaj. Ushul al-Hadith Ulumihi wa Musthalikhihi. Beirut: Dar al-Fikr,2006.
[6] https://asyroff.wordpress.com/al-hadis/sejarah-perkembangan-hadith-periode-iv-vvivii-sampai-abad-20/
[7] https://asyroff.wordpress.com/al-hadis/sejarah-perkembangan-hadith-periode-iv-vvivii-sampai-abad-20/
[8] Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadis. Jakarta Selatan: Gaya Media Pratama, 1996.